Lembah Cilengkrang adalah salah satu objek wisata alam yang berada di kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Lembah Cilengkrang terletak di Desa Pajambon, Kacamatan Karamatmulya, Kabupaten Kuningan, termasuk salah satu kawasan wisata alam hutan hujan tropis Ciremai.
Lembah Cilengkrang
Lembah Cilengkrang Obyek Wisata Alam Kuningan
Tahu Kopeci Kuningan
KUNINGAN (bisnis-jabar.com)--Empuknya Tahu Kopeci, salah satu kuliner khas Kabupaten Kuningan Jawa Barat memang bisa bikin lidah bergoyang.Pasalnya tahu kopeci khas Kuningan memiliki isi yang lebih banyak (padat) dibanding jenis tahu serupa misalnya tahu khas Sumedang yang tidak memiliki isi.
Empuk dan gurihnya tahu kopeci Kuningan ini bisa dibeli di sejumlah kios yang berada di beberapa tempat, akan tetapi di Jalan Veteran Jagabaya inilah terdapat banyak kios yang menjual tahu khas Kuningan.Tahu kopeci ini dijual dengan harga Rp500 per buah, dan kalau beli dengan jumlah yang banyak tahu kopeci akan dibungkus denngan tempat khusus yang terbuat dari bambu.
Para pengusaha tahu kopeci ini biasanya juga menyediakan lontong dan susu kedelai, yang akan membuat santap tahu khas Kuningan ini kian nikmat.Susu kedelai dijual Rp1.500 per bungkus, adapun lontongnya ada 2 jenis, lontong ukuran kecil Rp500 per buah dan ukuran besar dijual Rp1.000 per buah.
Harga tahu kopeci, lontong dan susu kedelainya cukup terjangkau kan? Jadi kalau berkunjung ke Kuningan silahkan mampir di kios tahu kopeci.
Terapi Ikan Cigugur Kuningan
Ikan Dewa Cigugur ini sebagaimana namanya, terletak di desa Cigugur, Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.kuningan sendiri termasuk wilayah 3 cirebon yaitu : kuningan, indramayu dan majalengka provinsi jawabarat . ada yang tau gak sejarah ikan dewa cigugur ini?? Pada awlanya Kolam Cigugur bernama Kolam Ikan Keramat karena menampung ikan dewa atau ikan kancra bodas (ikan mas putih). Ikan ini dibilang keramat karena populasinya terbatas dan sulit dibudidayakan. Agar tidak punah, ikan pun dikeramatkan.
Masyarakat Kab Kuningan memiliki mitos ikan dewa yang terdapat di Masyarakat Kab Kuningan memiliki mitos ikan dewa yang terdapat di Balong Keramat di Kec Cigugur, Darmaloka, Desa Ragawacana Kec Kramatmulya. Desa Sidamulya dan Manis Kidul Kec Jalaksana serta di Kec Pasawahan. dan Ikan dewa oleh masyarakat sekitar tidak pernah diganggu. Apalagi dipancing untuk dikonsumsi. Mitos tersebut terpelihara sampai sekarang. Dampaknya, banyak wisatawan yang ingin berkunjung ke Kuningan sekedar ingin mengetahui ikan dewa. Padahal jenis ikannya sama dengan ikan emas. Hanya perbedaannya habitatnya berada di air bersuhu dingin dan berasal dari sumber mata air. Ikan itu lah yang sampai sekarang disebut ikan dewa dan tidak boleh dimakan oleh siapa pun. Tapi ada sumber lain yang mengatakan sejarah terbentuknya daerah Cigugur.
Sebelum lahir nama Cigugur, tempat itu acap disebut dengan nama Padara. Nama ini diambil dari nama seorang tokoh masyarakat, yaitu Ki Gede Padara, yang memiliki pengaruh besar di desa itu. Padara berasal dari kata padan dan tara yang artinya pertapa. Ki Gede Padara adalah seorang wiku yang konon lahir sebelum Kerajaan Cirebon berdiri, yaitu pada abad ke-12 atau ke-13.Ia memiliki ilmu tinggi, sehingga badannya transparan, bisa tembus pandang. Ki Gede Padara disebutkan hidup sezaman dengan tokoh dari Talaga, Pangeran Pucuk Umun, Pangeran Galuh Cakraningrat dari Kerajaan Galuh, dan Aria Kamuning yang memimpin Kajene atau Kuningan. Bahkan, mereka ini sebenarnya masih memiliki hubungan kekerabatan. Bedanya, Pucuk Umun, Galuh Cakraningrat, dan Aria Kamuning, disebut menganut agama Hindu, sementara Ki Gede Padara tak menganut agama apapun. Di usia tuanya, Ki Gede Padara berkeinginan untuk segera meninggalkan kehidupan fana. Namun, ia sendiri sangat berharap proses kematiannya seperti layaknya manusia pada umumnya. Berita tersebut terdengar oleh Aria Kamuning, penguasa Kajene atau Kuningan, yang kemudian menghadap kepada Syekh Syarif Hidayatullah. Atas laporan itu, Syekh Syarif Hidayatullah pun langsung bertemu dengan Padara. Syekh Syarif Hidayatullah merasa kagum dengan ilmu kadigjayan yang dimiliki oleh Ki Gede Padara. Dalam pertemuan itu Padara pun kembali mengutarakan keinginannya agar proses kematiannya seperti layaknya manusia biasa.
Syekh Syarif Hidayatullah meminta agar Ki Gede Padara untuk mengucapkan dua kalimat syahadat, sebagai syaratnya. Syarat yang langsung dipenuhi Ki Gede Padara. Namun, baru satu kalimat yang terucap, Ki Gede Padara sudah sirna. Setelah Ki Gede Padara menghilang, Sarif Hidayatullah bermaksud mengambil air wudu. Namun, di sekitar lokasi tersebut sulit ditemukan sepercik air pun. Dengan meminta bantuan Allah SWT, dia pun menghadirkan guntur dan halilintar disertai hujan yang langsung membasahi bumi. Dari peristiwa inilah kemudian sebuah kolam tercipta. Kini, kolam yang dipakai untuk wudu Sunan Gunung Jati itu disebut Obyek Wisata Kolam Renang Cigugur, untuk ikan nya ada begitu saja.
Untuk masuk ke objek wisata ikan dewa ini hanya membeli tiket masuk seharga Rp.7000. Di objek wisata ini kita akan dimanjakan dengan ikan dewa dan terapi ikan nilen layaknya di spa-spa modern, udara sejuk dari pegununggan dan keindahan pemandangan nya. jika Anda memasukan kaki ke dalam kolam. Anda akan merasakan dinginnya air kolam,atau kalau kuat dengan sensasi gelinya, tubuh Anda segerombolan ikan-ikan nilem kecil sontak tanpa dikomando akan langsung mengerubungi kaki Anda dan menggigitnya
Paralayang Citangtu
Paralayang ini terdapat di desa Citangtu Kuningan.
Wisata Ikan Dewa Cibulan
Wisata Ikan Dewa di Cibulan.
3 Air Terjun Mistis di Kuningan
Berikut ini adalah 3 air terjun (curug) yang ada di Kuningan, yang menyimpan cerita-cerita mistis:
1. Curug Bangkong
Kenapa disebut Curug Bangkong? Bangkong dalam bahasa Sunda bermakna 'Kodok'. Apakah air terjunnya seperti kodok bentuknya? Bukan.
Air terjun yang berlokasi di Desa Kertawirama, Kec. Nusaherang, tak jauh dari lokasi wisata Waduk Darma ini disebut Curug Bangkong karena berdasarkan cerita rakyat atau mitos, mungkin bisa juga disebut folklore (cerita rakyat) yang beredar di masyarakat sekitar curug ini. Dulu ada tokoh pertapa yang tirakat di dekat curug. Tokoh ini selain bertapa juga bergaul dengan masyarakat sekitar. Namun kemudian ketika ia memutuskan untuk bertapa kembali lalu menghilang tanpa jejak. Masyarakat kemudian sering mendengar suara kodok yang nyaring dari curug tersebut. Maka, mitos pun menyebar bahwa tokoh pertapa berubah menjadi bangkong (kodok). Dan, air terjun itu pun dinamakan "Curug Bangkong".
Air terjun ini memiliki ketinggian 23 meter dan airnya sangat deras dan keruh. Airnya mengalir ke sungai-sungai dan digunakan oleh warga untuk mengairi sawah.
2. Curug Sidomba
Air terjun yang lain berada di kecamatan Jalaksana, Kuningan. Dari kota, jarak tempuh ke lokasi ini kurang lebih 30 menit. Di hari libur tempat ini ramai dikunjungi.
Air terjunnya sendiri tidak sederas seperti di Curug Bangkong, yang terkesan sepi pengunjung, di Curug Sidomba bahkan air terjunnya sangat tipis dan hanya setinggi 3 meter. Namun airnya sangat jernih dan luar biasa dingin. Lantas kenapa ramai dikunjungi? Ini terkait kepercayaan atau mitos, bahwa jika cuci muka di curug ini akan dimudahkan segala macam urusan: dari rejeki, jodoh, dan sebagainya.
Terdapat kran khusus bagi pengunjung untuk mencuci muka. Kuncen atau penjaga curug akan membacakan bacaan-bacaan tertentu di saat memberikan air curug untuk dijadikan cuci muka. Entah dari mana kepercayaan ini bermula. Dari namanya sendiri, Curug Sidomba berarti dulunya adalah tempat pangangonan (penggembalaan) domba. Patung domba pun berdiri besar di gerbang Curug Sidomba.
3. Curug Putri
Curug yang ketiga berikut berada di Palutungan, di Kecamatan Cigugur. Jalan menuju tempat ini berkelok dan menanjak, seperti menaiki gunung, karena memang lokasinya tepat di kaki gunung Ciremai. Palutungan, dalam bahasa Sunda berarti sarang monyet.
Selain digunakan sebagai bumi perkemahan, di lokasi wisata palutungan ini ada beberapa air terjun. Yang paling dekat adalah Curug Putri. Adapun yang jauh ada curug Mangkok.
Dulu saya pernah ke curug ini dan juga pernah membuat tulisan tentang 'penampakan putri'. Sebetulnya bukan penampakan, tapi karena memang curugnya menyerupai Putri. Apalagi jika dijepret dengan slow speed akan terlihat jelas 'penampakan putrinya', seperti foto berikut:
Air terjun di Curug Putri ini sangat jernih dan katanya juga memiliki khasiat mistis, yaitu mempermudah jodoh. Namanya juga katanya. Ketinggian air terjun cukup tinggi sekitar 40 meter. Badan akan menggigil ketika dekat dengan curug ini karena sangat dingin.
Di hari libur, curug ini banyak dikunjungi oleh kaum muda yang sekadar berfoto, jalan-jalan sekalian cari gebetan, atau keluarga yang sengaja mampir untuk berwisata. Selain alamnya yang asri, di tempat ini ada banyak makanan dijual, seperti jagung bakar sebagai makanan khasnya. Tertarik untuk berkunjung? Silahkan
meskipun air terjun ini banyak mengandung misteri, tapi
kalau kalian penasaran sama 3 Air Terjun ini...
Silahkan Datang ke Kuningan! :)
SUMBER: http://harjasaputra.com/reportase/unik/3-air-terjun-mistis-di-kuningan-jabar.html#sthash.6odK8QJ0.dpuf
1. Curug Bangkong
Kenapa disebut Curug Bangkong? Bangkong dalam bahasa Sunda bermakna 'Kodok'. Apakah air terjunnya seperti kodok bentuknya? Bukan.
Air terjun yang berlokasi di Desa Kertawirama, Kec. Nusaherang, tak jauh dari lokasi wisata Waduk Darma ini disebut Curug Bangkong karena berdasarkan cerita rakyat atau mitos, mungkin bisa juga disebut folklore (cerita rakyat) yang beredar di masyarakat sekitar curug ini. Dulu ada tokoh pertapa yang tirakat di dekat curug. Tokoh ini selain bertapa juga bergaul dengan masyarakat sekitar. Namun kemudian ketika ia memutuskan untuk bertapa kembali lalu menghilang tanpa jejak. Masyarakat kemudian sering mendengar suara kodok yang nyaring dari curug tersebut. Maka, mitos pun menyebar bahwa tokoh pertapa berubah menjadi bangkong (kodok). Dan, air terjun itu pun dinamakan "Curug Bangkong".
Air terjun ini memiliki ketinggian 23 meter dan airnya sangat deras dan keruh. Airnya mengalir ke sungai-sungai dan digunakan oleh warga untuk mengairi sawah.
2. Curug Sidomba
Air terjun yang lain berada di kecamatan Jalaksana, Kuningan. Dari kota, jarak tempuh ke lokasi ini kurang lebih 30 menit. Di hari libur tempat ini ramai dikunjungi.
Air terjunnya sendiri tidak sederas seperti di Curug Bangkong, yang terkesan sepi pengunjung, di Curug Sidomba bahkan air terjunnya sangat tipis dan hanya setinggi 3 meter. Namun airnya sangat jernih dan luar biasa dingin. Lantas kenapa ramai dikunjungi? Ini terkait kepercayaan atau mitos, bahwa jika cuci muka di curug ini akan dimudahkan segala macam urusan: dari rejeki, jodoh, dan sebagainya.
Terdapat kran khusus bagi pengunjung untuk mencuci muka. Kuncen atau penjaga curug akan membacakan bacaan-bacaan tertentu di saat memberikan air curug untuk dijadikan cuci muka. Entah dari mana kepercayaan ini bermula. Dari namanya sendiri, Curug Sidomba berarti dulunya adalah tempat pangangonan (penggembalaan) domba. Patung domba pun berdiri besar di gerbang Curug Sidomba.
3. Curug Putri
Curug yang ketiga berikut berada di Palutungan, di Kecamatan Cigugur. Jalan menuju tempat ini berkelok dan menanjak, seperti menaiki gunung, karena memang lokasinya tepat di kaki gunung Ciremai. Palutungan, dalam bahasa Sunda berarti sarang monyet.
Dulu saya pernah ke curug ini dan juga pernah membuat tulisan tentang 'penampakan putri'. Sebetulnya bukan penampakan, tapi karena memang curugnya menyerupai Putri. Apalagi jika dijepret dengan slow speed akan terlihat jelas 'penampakan putrinya', seperti foto berikut:
Air terjun di Curug Putri ini sangat jernih dan katanya juga memiliki khasiat mistis, yaitu mempermudah jodoh. Namanya juga katanya. Ketinggian air terjun cukup tinggi sekitar 40 meter. Badan akan menggigil ketika dekat dengan curug ini karena sangat dingin.
Di hari libur, curug ini banyak dikunjungi oleh kaum muda yang sekadar berfoto, jalan-jalan sekalian cari gebetan, atau keluarga yang sengaja mampir untuk berwisata. Selain alamnya yang asri, di tempat ini ada banyak makanan dijual, seperti jagung bakar sebagai makanan khasnya. Tertarik untuk berkunjung? Silahkan
meskipun air terjun ini banyak mengandung misteri, tapi
kalau kalian penasaran sama 3 Air Terjun ini...
Silahkan Datang ke Kuningan! :)
SUMBER: http://harjasaputra.com/reportase/unik/3-air-terjun-mistis-di-kuningan-jabar.html#sthash.6odK8QJ0.dpuf
Balong Keramat Darmaloka
"Balong Keramat Darmaloka merupakan salahsatu bukti sejarah peninggalan para Wali ketika menyebarkan Agama Islam. Balong Keramat tersebut terdiri dari: Balong Ageung (Besar-red), Balong Bangsal, Balong Beunteur, Bale Kambang dan Balong Sumber Air Cibinuang. Balong Keramat Darmaloka bisa ditempuh dengan jarak satu kilo meter dari Wadukdarma ke arah barat-selatan, tepatnya di Desa dan Kecamatan Darma. Balong Darmaloka yang dianggap kecil, pada kenyataanya berfungsi besar bagi kehidupan luas. Kecuali menjadi sumber air bagi masyarakat sekitarnya, Darmaloka merupakan sumber air bagi Wadukdarma. Darmaloka dijadikan tempat berdomisili terakhir sekaligus tempat peristirahatan Syeh Rama Irengan."
“Kecil jangan disangka tak berarti atau tak berfungsi. Disadari atau tidak, yang kecil (sedikit) justru itulah sesuatu hal yang malah menarik. Dan kalau tidak diperhatikan, yang kecil bisa jadi bahan penyakit. Karena sesungguhnya dari hal yang kecil, “kebesaran” akan tercipta,” pendapat Totong Hidayat (sekarang Pelaksana Obyek Wisata Wadukdarma), cucu sang Kuncen (Juru Kunci) Balong Keramat Darmaloka, Wahyudin, melengkapi keterangan kakeknya.
Sebagai orang muda yang bakal memneruskan perjuangan leluhurnya, memelihara dan mengelola kelestarian alam Darmaloka, Totong berpendapat: “Cerita Balong Keramat Darmaloka bisa dikatagorikan kepada sebuah legenda. Alasannya, tak ada bukti-bukti yang akurat untuk menguatkan unsur-unsur sejarah awal terjadinya Balong tersebut. Sampai saat ini,” lanjut Totong, “yang saya dapatkan hanyalah cerita dan cerita dari orangtua.”
Terlepas dari pendapatnya, Totong seorang Pegawai PDAM Kuningan (2008) yang berkantor oprasionalnya di sebelah timur Kawasan Obyek Wisata Wadukdarma, didampingi Wahyudin yang berusia sekitar 80 tahunan lebih, memberi keterangan, “Darmaloka bisa ditempuh dengan jarak satu kilo meter dari Wadukdarma ke arah barat-selatan. Ketinggian tempat tersebut + 700 m di atas permukaan laut (dpl). Luas areal keseluruhan sekitar tiga (3) HA, meliputi daratan dan luas kolam yang dikelilingi pohon-pohon tropis tinggi besar, 700 meter persegi.
Lebih jauh Totong mengatakan, “Balong Darmaloka yang dianggap kecil, pada kenyataanya berfungsi besar bagi kehidupan luas. Kecuali menjadi sumber air bagi masyarakat sekitarnya, Darmaloka merupakan sumber air bagi Wadukdarma.”
Balong Keramat Darmaloka merupakan peninggalan para Wali ketika menyebarkan Agama Islam. Balong Keramat tersebut terdiri dari: Balong Ageung (Besar-red), Balong Bangsal, Balong Beunteur, Bale Kambang dan Balong Sumber Air Cibinuang.
Desa/Kecamatan Darma tempat Balong Keramat Darmaloka berada, cerita Wahyudin, merupakan lokasi Balong ke-5 hasil karya Syeh Rama Irengan (Ireng-Ireng). “Konon,” kata Juru Kunci, “untuk melengkapi usahanya dalam menyebarkan Agama Islam, dalam waktu hanya satu (1) malam, Syeh Rama Irengan, dapat menyelesaikan pembuatan Balong (Kolam-red) sebanyak lima (5) buah di lima (5) lokasi. Pertama, mulai dari daerah utara, yakni: Pasawahan (Talaga Remis). Selanjutnya, menuju ke arah selatan, Balong Cibulan, Balong Dalem, Balong Cigugur, dan terakhir adalah Balong Keramat Darmaloka.
Darmaloka dijadikan tempat berdomisili terakhir sekaligus tempat peristirahatan Syeh Rama Irengan. Kini, tempat tersebut dikelola oleh pihak Pemerintahan Desa Darma dan dijadikan lokasi tujuan wisata, sebagai sumber pendapatan Desa di bawah naungan Dinas Pariwisata Kabupaten Kuningan. Kisaran harga tiket untuk masuk kawasan obyek wisata tersebut, jelas Totong, “Rp. 2.000,- hingga 3.000 rupiah.”
Suatu hal yang menarik di lokasi Balong Keramat Darmaloka, selain sejuk dan menyegarkan suasana alamnya, pepohonan menjulang tinggi, permukaan tanah, mata air dan kolam berbunga Teratai berikan dengan bentuk dan warna yang khas, adalah bentuk bangunan Gapura (Pintu Gerbang) yang antik. Pemandangan tersebut, semuanya bisa membawa imajinasi masing-masing pengunjung ke suasana alam yang telah silam. Imajinasi yang penuh dengan rasa ke-ingin-tahuan tentang bagaimana kisah kehidupan beberapa ratus tahun ke belakang (masa-masa yang belum tersentuh teknologi), namun Syeh Rama Irengan mampu menyelesaikan lima (5) buah kolam dalam semalam. Itulah keajaiban Karya Sang Pencipta melalui makhluq-Nya (orang sholeh pilihan) yang patut kita renungkan-tafakuri, minimalnya ketika ber-refreshing di lokasi tersebut, yakni: Balong Keramat Darmaloka.
Langganan:
Postingan (Atom)
Follow Me on:
Mau tau kelakuan anak ini kalau di Medsos?